27.8.10

MAHASISWA DAN POLITIK

Bagaimana dua kata “Mahasiswa dan Politik “ ini dapat menjadi satu kesatuan deretan (baca:satu keseharian mahasiswa). Orang - orang yang masih memiliki sebuah ideologi dan bergerak karena sebuah pengabdian masyarakat (tridarma perguruan tinggi) itulah seorang mahasiswa. Belum lupa ketika para pendahulu kita menundukan pemerintahan yang dirasa telah melenceng dari cita –cita mensejahterakan rakyat. Dengan label ideology dan intelektualnya, mahasiswa mampu melakukan perubahan besar.

Bagaimana perjuangan untuk sebuah perubahan harus di tebus dengan banyak pengorbanan, namun tanpa gentar orang – orang yang menamakan dirinya ”Mahasiswa” terus maju dan menyuarakan suara – suara rakyat yang sudah lama telah terbungkam dengan kepasrahan. Disertai dengan pemikiran politik dan dengan dasar tridarma perguruan tinggi yang benar-benar melekat pada pribadinya dan bukan hanya hafalan atau simbol kemahasiswaan, mereka mampu menyelaraskan gerakan dengan rakyat yang menjadi tumbal krisis ekonomi (buruh ter-PHK), mereka terus bergerak bersama rakyat. ini hanya sepenggal kisah bagaimana pergerakan mahasiswa pada tahun 1998.

Lalu tidak terlupakan pula pada tahun 1978, demonstransi besar yang menuntut turunnya mantan presiden soeharto, padahal pada tahun-tahun sebelumnya terjadi kevakuman gerakan mahasiswa, yang selanjutnya mahasiswa dihadiahi SK Kopkamtib No Skep 02/kopkam/1978 dan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK), yang akibatnya gerakan mahasiswa kembali vakum. Lalu apakah yang terpikir oleh kita sebagai mahasiswa? Kenapa mahasiswa harus sadar politik? Mahasiswa adalah orang-orang yang berpotensi dan dalam gerakannya tidak di boncengi dengan kepentingan individu dan golongan tertentu. Dan mahasiswa sebagai bagian masyarakat yang intelek yang harus berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, karena mahasiswalah harapan rakyat calon pemimpin bangsa, mahasiswa juga memiliki tanggung jawab sosial merealisasikan amanah rakyat yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.

Lalu bagaimana kacamata mahasiswa saat ini tentang politik? masih adakah ruh-ruh perjuangan dan perubahan di jiwa mahasiswa? ini menjadi cerminan kita sebagai mahasiswa yang katanya agent of change. Lalu dimana agent of change itu saat ini? Apakah anda merasa sebagai aktivis? coba lihat lagi bagaimana pergerakan aktivitas kita apakah sebagai tuntutan proker saja, yang menjadikan pergerakan itu hanya sebagai event organization saja. Tanyakan pada diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk mahasiswa yang terselimuti rasa was-was dan takut untuk melakukan koreksi terhadap kekuasaan, bahkan apatis terhadap apa itu “Politik”? Dan berpedoman untuk menjadi study oriented dalam keseharianya berusaha untuk mendapatkan IPK yang tinggi, selesai kuliah, cepat kerja dan membantu keluarga. Jangan terjebak menjadi mahasiswa yang apatis yang arus berfikirnya hedonisme. Karena menjadi ”Ahli Madya” saja tidak akan menjamin kita akan mendapat kerja dan hidup enak. Atau apakah dengan nilai IPK yang tinggi akan dapat meyelesaikan masalah Negara. Sadarkan diri kita untuk menjadi mahasiswa yang maksimal, dengan IPK tinggi sebagai wujud amanah dari oang tua, tapi alangkah bangga jika kita dapat menjadi orang yang selalu berkontribusi dalam menyelesaikan masalah Negara ini.
Fitrah seorang mahasiswa adalah menjadi seorang politisi, jangan pernah menarik diri, jika memang mengaku ”Mahasiswa”. Sebuah kalimat yang tidak asing bagi kita namun telah terlalaikan, semoga dapat menjadi bahan renungankita semua
From : http://kaderisasikammibgr.multiply.com/journal/item/95

0 komentar:

Posting Komentar