Salah satu persoalan mendasar yang membuat para lulusan sarjana-sarjana kita susah untuk berkompetisi dengan lulusan universitas lainnya di Indonesia adalah skill dan kemampuan teknologi yang dimiliki. Sehingga produktivitas dan kreatifitas dalam hal pengembangan sumber daya masih kurang bisa dikatakan masih tradisional dan..hasil yang diharapkan belum mencapai target dari sebuah institusi pendidikan dimana proses pembelajaran diterapkan.
Untuk itu perlu dirancang proses pembelajaran berkualitaas kepada para mahasiswa yang dimulai dari pribadi masing-masing sehingga lulusan kita sanggup untuk mengarungi laut bebas. Ibarat Armada Kapal tersebut cukup besar dan bermesin tangguh dengan kekuatan cukup tinggi agar bisa mangarungi lautan cakrawala yang lebih terjal. Sehingga bisa membuktikan bahwa karya-karya anak negeri bisa diperhitungkan.
Disamping itu pula, problem yang dihadapi mahasiswa adalah kurangnya inisatif untuk mengolah sendiri ilmu yang telah diperoleh di kampus menjadi lebih bernilai produktivitas atau karya baru. Selama ini, mahasiswa selalu mengalami problem yang berulang terus-menerus: bila mereka sudah melakukan penelitian atau pengembangan, lebih memilih untuk langsung bekerja dan meninggalkan hasil temuannya. Begitupun dengan aktiftas-aktifitas lainnya. Apabila sudah mecapai puncak atau memimpin, lupa akan pengembangan, penyampaian dan penerapannya di “dunia lainnya”. Hal inilah yang membuat para mahasiswa kehilangan posisi kompetensinya. Sehingga untuk berkompetisi haruslah memiliki kompetensi yang terus diasa dengan belajar, bekerja dan berkarya.
Untuk mengantisipasi ini, perlu dipikirkan sejak dini sebuah proses pembelajaran yang mampu mengawetkan ilmu dan pengalaman yang di serap di dunia kampus. Salah satu solusinya adalah membuat sebuah karya dari hasil penelitian atau pendirian “studi” baru apakah yang berkerak dalam social, bisnis, pendidikan dan lainnya sebagai wadah untuk melanjutkan kepemimpinan. Salah satu cara ini bisa mempertahankan SDM kita dalam jangka waktu yang lama. Sehingga ketika berhadapan dengan sebuah perusahaan atau wadah lainnya untuk berkompetisi tidak memerlukan banyak penjelasan atau uji coba tertentu. Cukup dengan memperlihatakan hasilnya. Selain tu perlu juga dipikirkan bagaimana hasil karya yang sederhana tersebut bisa lebih ditingkatkan sehingga nilai tambah atau kemampuannya bisa bernilai lebih.
Keahlian untuk mengolah solusi tersebut haruslah diberikan kepada para mahasiswa, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dan mandiri, sebab apa yang diberikan dosen belum tentu cukup untuk melengkapai kemampuan mahasiswa, masih banyak referensi lainya yang bisa menunjang hal tersebut. Tidak hanya itu kemampuan untuk memimpin pun harus dituntut dengan mengikuti organisasi-organisasi atau studi kelompok-kelompok yang menunjang dan bahkan langsung mendirikan sebuah usaha dan menjadi pemimpinnya. Serta masih banyak skill lainnya yang bisa melengkapi Sumber daya kita, selama masih terus bergerak ”ibarat tetesan air yang mampu meubangi sebuah batu yang keras oleh karena ketekunannya terus menerus”.
Selain itu mahasiswa juga harus diajari bagaimana menjadi seorang mahasiswa berjiwa wirauhasawan. Mahasiswa yang dicetak menjadi seorang entrepreneur yang selain bisa berkarya, juga bisa mengahasilkan profit bernilai tinggi. Bahkan kalau perlu , kemampuan untuk menganalisa pasar pun harus dimiliki. disinilah pentingnya ilmu, karya, dan kepemimpinan. Dan disisinilah pula perannya instansi pendidikan yang bisa mendidik dan menjadi investor sehingga menjadi lebih berkualitas.
Disisnilah kita bisa berpartisifasi minimal mengurangi jumlah penggangguran dinegeri ini dengan mempekerjakan tenaga local. Dan apabila karya anak bangsa ini tidak dikembangakan maka kita hanya bisa menjadi “penikmat karya” saja.”dan ternyata jadi “seorang penikmat memang tidak susah“ menikmati bangsa lain maju dan kita masih memperdebatkan hal-hal sepelah yang semestinya tidak pelu dipepanjang masalahnya.
Untuk hal tersebut memang tidaklah mudah dan tentu membutuhkan biaya, tenaga, dan sumber-sumber pendukung lainnya, tapi di sisi lain kita mempunyai kemampuan lebih sebab mahasiswa kita mampu belajar keras, bekerja cerdas, dan doanya rutin, serta didukung oleh kekayaan alam yang melimpah, sumber informasi yang mudah, teknologi yang canggih, dan pembimbing berkualitas yang menuntut ilmu diluar negeri tidak lain hanya untuk mahasiswa yang ada didalam negeri. jadi kita tidak perlu pesimis. Jika kita perhitungkan profitnya dan manfaatnya, akan banyak yang siap membantu untuk memfasilitasi. Upaya-upaya tersebut harus dilakukan untuk menaikkan SDM kita terkhusus dinegeri sendiri, yang ujungnya adalah untuk mensejaterahkan dan menaikan derajat bangsa kita. Keep on fight till the end…
Untuk itu perlu dirancang proses pembelajaran berkualitaas kepada para mahasiswa yang dimulai dari pribadi masing-masing sehingga lulusan kita sanggup untuk mengarungi laut bebas. Ibarat Armada Kapal tersebut cukup besar dan bermesin tangguh dengan kekuatan cukup tinggi agar bisa mangarungi lautan cakrawala yang lebih terjal. Sehingga bisa membuktikan bahwa karya-karya anak negeri bisa diperhitungkan.
Disamping itu pula, problem yang dihadapi mahasiswa adalah kurangnya inisatif untuk mengolah sendiri ilmu yang telah diperoleh di kampus menjadi lebih bernilai produktivitas atau karya baru. Selama ini, mahasiswa selalu mengalami problem yang berulang terus-menerus: bila mereka sudah melakukan penelitian atau pengembangan, lebih memilih untuk langsung bekerja dan meninggalkan hasil temuannya. Begitupun dengan aktiftas-aktifitas lainnya. Apabila sudah mecapai puncak atau memimpin, lupa akan pengembangan, penyampaian dan penerapannya di “dunia lainnya”. Hal inilah yang membuat para mahasiswa kehilangan posisi kompetensinya. Sehingga untuk berkompetisi haruslah memiliki kompetensi yang terus diasa dengan belajar, bekerja dan berkarya.
Untuk mengantisipasi ini, perlu dipikirkan sejak dini sebuah proses pembelajaran yang mampu mengawetkan ilmu dan pengalaman yang di serap di dunia kampus. Salah satu solusinya adalah membuat sebuah karya dari hasil penelitian atau pendirian “studi” baru apakah yang berkerak dalam social, bisnis, pendidikan dan lainnya sebagai wadah untuk melanjutkan kepemimpinan. Salah satu cara ini bisa mempertahankan SDM kita dalam jangka waktu yang lama. Sehingga ketika berhadapan dengan sebuah perusahaan atau wadah lainnya untuk berkompetisi tidak memerlukan banyak penjelasan atau uji coba tertentu. Cukup dengan memperlihatakan hasilnya. Selain tu perlu juga dipikirkan bagaimana hasil karya yang sederhana tersebut bisa lebih ditingkatkan sehingga nilai tambah atau kemampuannya bisa bernilai lebih.
Keahlian untuk mengolah solusi tersebut haruslah diberikan kepada para mahasiswa, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dan mandiri, sebab apa yang diberikan dosen belum tentu cukup untuk melengkapai kemampuan mahasiswa, masih banyak referensi lainya yang bisa menunjang hal tersebut. Tidak hanya itu kemampuan untuk memimpin pun harus dituntut dengan mengikuti organisasi-organisasi atau studi kelompok-kelompok yang menunjang dan bahkan langsung mendirikan sebuah usaha dan menjadi pemimpinnya. Serta masih banyak skill lainnya yang bisa melengkapi Sumber daya kita, selama masih terus bergerak ”ibarat tetesan air yang mampu meubangi sebuah batu yang keras oleh karena ketekunannya terus menerus”.
Selain itu mahasiswa juga harus diajari bagaimana menjadi seorang mahasiswa berjiwa wirauhasawan. Mahasiswa yang dicetak menjadi seorang entrepreneur yang selain bisa berkarya, juga bisa mengahasilkan profit bernilai tinggi. Bahkan kalau perlu , kemampuan untuk menganalisa pasar pun harus dimiliki. disinilah pentingnya ilmu, karya, dan kepemimpinan. Dan disisinilah pula perannya instansi pendidikan yang bisa mendidik dan menjadi investor sehingga menjadi lebih berkualitas.
Disisnilah kita bisa berpartisifasi minimal mengurangi jumlah penggangguran dinegeri ini dengan mempekerjakan tenaga local. Dan apabila karya anak bangsa ini tidak dikembangakan maka kita hanya bisa menjadi “penikmat karya” saja.”dan ternyata jadi “seorang penikmat memang tidak susah“ menikmati bangsa lain maju dan kita masih memperdebatkan hal-hal sepelah yang semestinya tidak pelu dipepanjang masalahnya.
Untuk hal tersebut memang tidaklah mudah dan tentu membutuhkan biaya, tenaga, dan sumber-sumber pendukung lainnya, tapi di sisi lain kita mempunyai kemampuan lebih sebab mahasiswa kita mampu belajar keras, bekerja cerdas, dan doanya rutin, serta didukung oleh kekayaan alam yang melimpah, sumber informasi yang mudah, teknologi yang canggih, dan pembimbing berkualitas yang menuntut ilmu diluar negeri tidak lain hanya untuk mahasiswa yang ada didalam negeri. jadi kita tidak perlu pesimis. Jika kita perhitungkan profitnya dan manfaatnya, akan banyak yang siap membantu untuk memfasilitasi. Upaya-upaya tersebut harus dilakukan untuk menaikkan SDM kita terkhusus dinegeri sendiri, yang ujungnya adalah untuk mensejaterahkan dan menaikan derajat bangsa kita. Keep on fight till the end…



0 komentar:
Posting Komentar